BAB
I
PENANGANAN
OBAT SITOSTATIKA
A. Latar
Belakang
Sejak jaman dahulu
dikenal beberapa cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit
kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian menyusul
penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan dengan
perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan
mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir
maju dengan pesat.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject. Toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling sitostatika berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan lebih besar dari pada control subject. Toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan handling sitostatika berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat kanker.
Selain untuk
melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat kanker, preparasi obat
sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
·
Produk harus terlindung dari
kontaminasi microba dengan teknik aseptis
·
Personal yang terlibat harus
terlindung dari exposure bahan berbahaya
·
Lingkungan harus terhindar
dari paparan bahan berbahaya
Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui
inhalasi, absorpsi, atau ingestion.
BAB
II
ISI
ISI
A. Pengertian Sitostatika
Sitostatika
adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel – sel secara fraksional ( fraksi
tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil. (Hanifa
Wignjosastro, 1997)
Bahan
Sitostatika adalah zat/obat yang merusak dan membunuh sel normal dan sel
kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan tumor malignan. Istilah
sitostatika biasa digunakan untuk setiap zat yang mungkin genotoksik,
mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan sifat berbahaya lainnya. Sitostatika
tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik yang tinggi
terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan
karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu, penggunaan obat
sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin keamanan, keselamatan
penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain yang tidak menderita
sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk menjamin penanganannya
yang tepat dan aman di rumah sakit
Penanganan sitostatika harus
memperhatikan :
1. Tehnik
aseptik
2. Pemberian
dalam biological safety cabinet
3. Petugas
yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan
mutu produk
5. Dilaksanakan
oleh petugas yang terlatih
6. Adanya
Protap
Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :
1. Tehnik
khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan
pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan
petugas
4. Penandaan,
pengemasan, transpotasi
5. Penanganan
tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan
limbah
Contoh Prosedur tetap penanganan sitostatika
yang aman terdiri dari :
1. Persiapan
² Bahan : obat sitostatika, pelarut
² Alat : spuit, jarum, baju, sarung
tangan, masker, topi, sarung kaki
2. Protap ruang aseptik
3. Protap pengerjaan dalam ampul
4. Protap pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan saat penyiapan
sitostatika
5. Protap penanganan jika obat jatuh dan pecah
6. Protap penanganan limbah sitostatika
Sarana dan Prasarana yang
diperlukan untuk penanganan sitostatika
a. Ruang
1.
Persyaratan Ruang Aseptik
² Ruang
tidak ada sudut atau siku
² Dinding
terbuat dari epoksi
² Partikel
udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter
² Aliran
udara diketahui dan terkontrol
² Tekanan
ruangan diatur
² Suhu
dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius dan kelembaban
35-50%)
² Ada
Hepa filter
2. Ruang Transisi
Ruangan ini terletak antara
ruang cuci tangan dan ruang aseptik, di ruanngan ini petugas menggunakan
perlengkapan steril
3. Ruang Cuci Tangan
Ruangan ini digunakan
untuk membersihkan tangan sebelum dan sesudah melakukan penanganan obat
sitostatatika
b. Alat
1. Pass Box
Jendela antara ruang
administrasi dan ruang aseptik berfunsi untuk keluar masuknya obat kedalam
ruang aseptik
2. Laminan Air Flow (LAF)
LAF yang digunakan
untuk pecampuran sitostatika adalah tipe : Biological Safety Cabinet (BSC). Validasi
hepa filter dilakukan setiap 6 bulan dengan jalan kalibrasi. Hepa filter
diganti setiap 4 tahun sekali. Aliran udara yang masuk kedalam LAF harus
konstan
3. Kelengkapan APD ( Alat pelindung diri)
Kelengkapan ini terdiri dari :
a. Baju : Terbuat dari bahan yang tidak
mengandung serat harus menutupi seluruh anggota badan kecuali muka
b. Topi : harus menutupi kepala sampai leher
c. Masker : harus
mempunyai kaca plastik
d. Sarung
tangan : digunakan
rangkap dua dan terbuat dari bahan latex
e. Sepatu : terbuat
dari bahan yang tidak tembus benda tajam
4.
Biological Safety cabinet
(BSC)
Alat
ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk melindungi
petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat
ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari tekanan udara
diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC. Didalam BSC udara
bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada peracikan obat sitostatika
tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus dikalibrasi setiap 6
bulan. (depkes, 2009)
B. Tujuan
Pemberian Kemoterapi
Ø Meringankan
gejala
Ø Mengontrol
pertumbuhan sel- sel kanker
C. Cara
Pemberian
Cara pemberian obat sitostatika dapat
dilakukan secara :
1. PO : Per Oral
2. SC : Sub Cutan
3. IM : Intra Muscular
4. IV : Intra Vena
5. IT : Intra Thecal
6. IP : Intra Peritoneal / Pleural
1. PO : Per Oral
2. SC : Sub Cutan
3. IM : Intra Muscular
4. IV : Intra Vena
5. IT : Intra Thecal
6. IP : Intra Peritoneal / Pleural
Pemilihan
vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh
usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan
pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling
pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan
adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti
setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut,
tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat
peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak
Prosedur Kerja Penanganan Obat sitostatika
Sebelum
kita memulai melaksanakan kegiatan preparasi obat sitostatika yang aman dan
menghasilkan produk yang bermutu, harus disusun dahulu standar prosedur kerja
sebagai pedoman petugas dalam melaksanakan kegiatan.
Standar Prosedur
Kerja meliputi :
·
Fasilitas fisik yang
dibutuhkan untuk melindungi operator dan produk
·
Pakaian pelindung yang
melindungi operator dan produk
·
Prosedur pelatihan untuk
personal
·
Teknik khusus yang diperlukan
untuk safe handling cytotoxic
·
Prosedur pembersihan
tumpahan obat
·
Prosedur pemberian label,
pengemasan, transportasi dan pembuangan limbah cytotoxic
1. Fasilitas Fisik
Australian
standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet (CDSC)
yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean Room dilengkapi dengan HEPA
Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang digunakan bisa Type ISOLATOR atau
Biological Safety Cabinet dengan aliran Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC
lebih negatif dibanding didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean
lebih positif dibandingkan diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan
alat-alat pendukung preparasi obat dilakukan melalui Pass Box, untuk
meminimalkan kontaminasi udara kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam
clean room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom.
Perawatan
Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :
·
Cytogard dibersihkan setiap
hari dengan desinfectant atau detergent .
·
Desinfeksi clean room
dilakukan 1 kali seminggu.
·
Uji mikrobiologi dilakukan
secara periodik untuk memeriksa apakah HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga
dapat menjaga sterilitas sediaan
·
Pengukuran jumlah partikel
didalam Cytogard maupun dalam clean room dilakukan secara periodic.
2. Pakaian Pelindung
Pakaian ( Gown )
·
Pakaian terdiri dari pakaian
dalam dan pakaian luar
·
Pakaian Pelindung (pakaian
luar) harus terbuat dari material yang tidak
melepaskan
debu dan serat.
·
Bahan yang digunakan tidak
tembus oleh cairan
·
Pakaian pelindung dibuat
lengan panjang dengan manset elastik pada
tangan dan kaki
Sarung tangan
·
Sarung tangan yang digunakan
double untuk melindungi jika terjadi
tusukan dan harus menutupi manset baju.
·
Sarung tangan yang dipakai
harus bebas dari bedak, untuk menghindari
partikel tersebut masuk kedalam vial.
·
Sarung tangan yang robek
harus segera diganti
Tutup Kepala
Tutup
kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran
yang dapat mengkontaminasi sediaan.
Tutup Kaki
Tutup
kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam
Masker & Kaca mata
·
Untuk melindungi mata dan
mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan
masker.
·
Disamping untuk melindungi
petugas penggunaan masker juga untuk
mengurangi kontaminan.
·
Kaca mata yang digunakan
harus dapat melindungi mata dari
kemungkinan adanya percikan obat kanker.
3. Personal
·
Personal yang akan terlibat
dalam preparasi obat sitostatika harus mendapatkan pelatihan yang memadai
tentang teknik aseptic dan penanganan obat sitostatika.
·
Petugas wanita yang sedang
hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk terlibat dalam
rekonstitusi obat sitistatika
·
Petugas wanita yang sedang
menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika
·
Petugas yang sedang sakit
atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari tugas ini.
·
Setiap petugas yang akan
terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu sebelumnya harus mendapat
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1.
Complete blood count
2.
Liver Function Test
3.
Renal Function Test
·
Pemeriksaan laboratorium
harus dilakukan secara periodic setiap 6 bulan, jika terdapat kelainan hasil
pemeriksaan harus diteliti lebih dalam
·
Semua hasil harus
didokumentasikan
4.
Tehnik Penanganan sediaan Sitostatika
1. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama
dengan proses penyiapan pencampuran obat suntik. Penyiapan
sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan jarum suntik.
1.
Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir)
permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat dosis, rute dan waktu
pemberian)
2.
Memeriksa kondisi obat-obatan yang
diterima ( nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa), serta
melengkapi formulir permintaan.
3.
Melakukan konfirmasi ulang kepada
pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak lengkap.
4.
Menghitung kesesuaian dosis.
5.
Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6.
Menghitung volume pelarut yang
digunakan.
7.
Membuat label obat berdasarkan nama
pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan dosis, cara pemberian, kondisi
penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran (contoh label
obat, lampiran 1).
8.
Membuat label pengiriman terdiri dari :
nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket (contoh label
pengiriman, lampiran 2).
9. Melengkapi dokomen pencampuran.
2. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
1.
Memakai
APD sesuai PROSEDUR TETAP
2.
Mencuci
tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3.
Menghidupkan
biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4.
Melakukan
dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP
5.
Menyiapkan
meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6.
Menyiapkan
tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7.
Melakukan
desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8.
Mengambil
alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
9.
Meletakkan
alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika
secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus
dan spuit yang
sudah berisi sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium
foil untuk obat-obat yang harus terlindung
cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam
wadah pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit
yang telah berisi sediaan
sitostatika ke dalam wadah untuk
pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah
berisi sediaan jadi melalui pass
box.
16.
Menanggalkan APD sesuai
prosedur tetap (lampiran 4):
3.
Cara Pemberian
Cara
pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali
intramuskular
4.
Penanganan tumpahan dan kecelakan kerja
1. Penanganan
tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril
dapat dilakukan petugas tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan
menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari:
1)
Membersihkan
tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
a
Meminta
pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
b
Beri
tanda peringatan di sekitar area.
c
Petugas
penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
d
Angkat
partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
e
Serap
tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong tersebut.
f
Serap
tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong tersebut.
g
Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
h
Bilas
dengan aquadest.
i
Ulangi pencucian dan pembilasan sampai
seluruh obat terangkat.
j
Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong
pertama.
k
Tutup
kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
l
Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan
sarung tangan dalam, tempatkan dalam kantong kedua.
m
Ikat
kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung khusus untuk dimusnahkan
dengan incenerator.
n
Cuci
tangan.
2) Membersihkan tumpahan di dalam BSC
a
Serap
tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan
serbuk.
b
Tanggalkan
sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru.
c
Angkat
hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah
buangan.
d
Cuci
permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa
dalam wadah pada buangan.
e
Ulangi
pencucian 3 x.
f
Keringkan
dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
g
Tutup
wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
h
Tanggalkan
APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk
dimusnahkan dengan inscenerator.
i
Cuci tangan.
2. Penanganan kecelakaan kerja
a. Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1) Kontak dengan kulit:
a) Tanggalkan sarung tangan.
b) Bilas kulit dengan air hangat.
c) Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
d) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan
kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat.
e) Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
f) Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
g) Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan.
2) Kontak dengan mata
a) Minta pertolongan.
b) Tanggalkan sarung tangan.
c) Bilas
mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5 menit.
d) Letakkan
tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%.
e) Aliri mata dengan larutan
pencuci mata.
f) Tanggalkan seluruh pakaian
pelindung.
g) Catat jenis obat yang
tumpah.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan
kerja.
3) Tertusuk jarum
a) Jangan
segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk menghisap obat yang mungkin terinjeksi.
b) Angkat jarum dari kulit dan
tutup jarum, kemudian buang.
c) Jika
perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan yang
tertusuk.
d) Tanggalkan
sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
e) Cuci bersih dengan sabun,
bilas dengan air hangat.
f) Tanggalkan semua APD.
g) Catat
jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
h) Laporkan ke supervisor.
i) Lengkapi format kecelakaan
kerja.
j) Segera konsultasikan ke
dokter.
4. Pengelolaan limbah
sitostatika
Pengelolaan limbah dari sisa buangan
pencampuran sediaan sitoatatika (seperti: bekas ampul,vial, spuit,
needle,dll) harus
dilakukan sedemikian rupa hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap
lingkungan. Langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri
(APD).
b. Tempatkan
limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda tajam seperti spuit,
vial, ampul, tempatkan
di dalam wadah yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam
kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika
c. Beri label peringatan
(Gambar 2) pada bagian luar wadah.
d. Bawa
limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
e. Musnahkan limbah dengan
incenerator 1000ºC.
f. Cuci
tangan.
5. PROTAP
DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI
I. PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT
a.
Mempersiapkan bahan yang terdiri dari
² Alkohol swab
² Alkohol 70 % dalam botol spray
² Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat
sitostatika dan pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %
b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari
² Mensterilkan alas untuk sitostatika
² Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)
² Mensterilkan sarung tangan , masker, baju,
topi, sarung kaki
² Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.
² Jarum
² Mendesinfektan etiket, label, klip plastik,
kantong plastik u/ disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %
BAB
III
PENUTUP
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk
mematikan sel – sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil
dan 10 % tidak berhasil. Tujuan Pemberian Kemoterapi : Meringankan gejala,
Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker. Cara pemberian obat sitostatika dapat
dilakukan secara PO : Per Oral, SC : Sub Cutan, IM : Intra Muscular, IV : Intra
Vena, IT : Intra Thecal, IP : Intra Peritoneal / Pleural
Prinsip kerja Kemoterapi adalah membunuh sel-sel
yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel kanker) dengan merusak atau
mengganggu proses pembelahan sel. Persiapan pencampuran obat memakai alat
“biosafety laminary airflow” untuk menghindari adanya efek terhadap petugas
yang mempersiapkan obat kemotherapi. Efek samping kemoterapi yang sering
terjadi adalah:
Rambut rontok / menipis, Mual / muntah, Sembelit,
Diare, Stomatitis / sariawan / gomen, Penurunan daya tahan tubuh, Perubahan
kulit : kering, gatal.
DAFTAR PUSTAKA
Gale
Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC ; 1997
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica
Ester, dkk. Ed. 8
Trimakasi Muhammad Idris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar